Dibaca : 285
BeritaBerlian.com, Bandar Lampung – Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo mendukung program
pemerintah pusat menargetkan swasembada kedelai di 2020. Dukungan itu
diberikan dengan meningkatkan sumber daya manusia dan perluasan lahan
budidaya kedelai.
Ridho, sejak 2015 pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung terus
menambah luas lahan budidaya kedelai. “Sebagian besar kedelai masih
impor. Provinsi Lampung mendapat amanat untuk meningkatkan produksi
kedelai, apalagi konsumsi kedelai Lampung juga tinggi untuk dijadikan
tempe, tahu, kecambah, dan susu,” ujar Ridho, di Bandar
Lampung, belum lama ini.
Menurut
data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Lampung, pada
2015 luas panen kedelai mencapai 8.407 hektare dengan produksi 9.815
ton. Di 2016, produksi meningkat menjadi 9.960 ton. Untuk meningkatkan
produksi tersebut, Dinas TPH menambah luasan tanam 50 hektare.
Jumlah
produksi itu, menurut Gubernur, masih kurang karena kebutuhan kedelai
Lampung mencapai 100 ribu ton per tahun. Sedangkan produksi Lampung
masih berkisar 7.500-10 ribu ton. “Kita menargetkan kedelai juga bisa
swasembada seperti jagung dan padi. Ini memang tidak mudah, tapi harus
kita mulai,” kata Ridho.
Langkah
menuju swasembada itu, kata Gubernur, tak hanya dengan menambah luasan
areal budidaya. Tak kalah penting adalah menyiapkan tenaga teknis yang
paham cara budidaya yang baik dan benar, serta memilih benih unggul.
Untuk
itu, Pemprov Lampung pada 22-25 Agustus 2017, mengirim sejumlah tenaga
teknis UPTD BBI Tanaman Pangan dan Alsintan Provinsi Lampung ke Balai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) dan UPT
Pengembangan Benih palawija di Malang, Jawa Timur. “Kami melatih 18
tenaga teknis sebagai salah satu upaya mendukung program Pemerintah
Swasembada Kedelai 2020,” kata Kepala Dinas TPH Lampung Edi Yanto.
Selama
di Malang, peserta memperlajari cara budidaya kedelai yang baik dan
benar sejak pengolahan sampai panen. Kemudian, jenis varietas kedelai
yang cocok untuk Lampung, teknik prosesing dan penyimpanan benih, cara
penanggulangan hama dan penyakit tanaman kedelai, dan pengenalan
modifikasi alsintan dalam pemeliharaan tanaman kedelai.
Menurut
Edi Yanto, saat ini produktivitas kedelai di Lampung kurang dari 1 ton
per hektare. “Idealnya produksi kedelai paling rendah 1,2 ton per
hektare. Kelemahan utama swasembada kedelai adalah produksi dan
perbanyakan benih. Kemudian, ketrampilan dan keterbatasan jumlah SDM.
Untuk sarana dan prasarana sudah memadai, namun perlu dioptimalkan
lagi,” kata Edi Yanto.
Pemilihan
varietas kurang tepat dengan kondisi lahan di Lampung, kata Edi Yanto,
juga berpengaruh dalam produksi. Oleh karena itu, para tenaga teknis
tersebut ditargetkan mampu memilih varietas yang adaptif sesuai kondisi
lahan di Lampung. “Contohnya, pernah ditanam benih grobokan, ternyata
varietas itu tidak cocok di Lampung. Setelah diteliti ternyata varietas
yang cenderung cocok untuk kondisi Lampung yaitu anjasmoro, detam, dan
gema,” kata Edi Yanto. (inspiratif.co.id)