Home / Daerah / Kisah Belajar Lima Mahasiswi IIB Darmajaya di Taiwan : Bawa Abon, Garam Hingga Takjub Antri

Kisah Belajar Lima Mahasiswi IIB Darmajaya di Taiwan : Bawa Abon, Garam Hingga Takjub Antri

Kisah Belajar Lima Mahasiswi IIB Darmajaya di Taiwan : Bawa Abon, Garam Hingga Takjub Antri

Kejarlah ilmu sampai ke negeri Cina merupakan pepatah ampuh untuk pemuda dalam memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya.
Hal ini juga yang membuat kelima mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Informatika dan Bisnis (FEB IIB) Darmajaya memilih studi ke Cheng Shiu University, Kaohsiung, Taiwan. Kelimanya terdiri dari empat mahasiswi akuntansi dan satu mahasiswi manajemen.

Kelimanya berhasil lolos dalam rangkaian seleksi program student mobility kampus biru sebutan IIB Darmajaya. Kelimanya yakni Krisfa Elfrida Naibaho (20), Nezia Irecha Andi Putri (21), Jevina Aprilianti (20), Indah Pramesthi Kirana (21), dan Karisma Pramesthi Anggraini (19).

Program Student Mobility (SM) merupakan kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa/i yang ingin berkuliah di luar negeri selama satu semester (September 2018 – Januari 2019). Tak hanya berkuliah, mahasiswa/i juga berkesempatan mempelajari budaya negara tempat menimba ilmu tersebut.

Selain itu, kelimanya berkesempatan mengunjungi tempat bersejarah maupun monumen di Taiwan. Adat istiadat dan budaya di Taiwan pun secara tidak langsung mereka pelajari selama tinggal satu semester.

Pengalaman berkuliah di Cheng Shiu University ini diungkapkan langsung oleh Krisfa yang sangat bahagia bisa mewujudkan keinginannya setelah kesempatan keduanya mendaftar. “Udah gak nyangka. Bersyukur juga disana (Taiwan),” ungkapnya.

Mahasiswi semester V ini juga mendapat dukungan dari kedua orang tuanya untuk berangkat kuliah diluar negeri. “Disupport dari orang tua dan ini yang kedua daftar SM karena yang pertama di Thailand lolos tapi karena ada sesuatu hal tidak jadi berangkat. Dan orang tua juga nyaranin pas kedua ini daftar lagi dan didukung jadi berangkat,” ucapnya.
Bahasa, lanjut dia, menjadi kendala utama dalam adaptasi di negeri orang. “Kendala bahasa tapi kita belajarnya di Youtube. Kita belajar bareng didalam kamar karena sekamar dengan Nezia,” tuturnya.

Kelimanya yang tinggal di asrama selama di Taiwan takjub dengan budaya antri masyarakat setempat. “Budaya antri itu benar-benar diterapkan. Mau naik lift aja antri, juga ke toilet. Nanya ke dosennya kalau kita gak ngerti. Kalau misal banyak yang nanya juga antri. Jadi satu-satu. Disini dosennya juga baik,” bebernya.

Disiplin, tertib, dan bersih juga sangat dijunjung oleh masyarakat Taiwan. “Yang pertama itu disiplin dan tertib. Mereka juga menyediakan transportasi disabilitas dan menjadikan prioritas. Mereka juga on time dan itu harus kita terapkan di Indonesia. Dari segi pembelajaran juga masuk on time dan keluar on time. Pokoknya disiplin. Sampah dipisahin, organik dan nonorganik. Ditempat umum juga kita susah nemuin sampah berserakan dan selalu dibuang ketempat sampah. Itu yang harus diterapin di Indonesia,” urai kelimanya.

Nezia menambahkan bahwa di Taiwan dirinya merasa tertantang untuk belajar bahasa Mandarin bersama teman-temannya. “Alasannya kalau kita ke negara Taiwan itu lebih ke bahasa yang berbeda dan itu juga kita tertantang untuk mempelajari bukan cuma bahasa Inggris yang kita dapat tapi belajar bahasa Mandarin,” ungkapnya.

Tak mengalami kendala berarti untuk hidup mandiri di negara orang, Nezia menganggap selama di Taiwan belajar banyak hal. “Disana juga belajar. Disana juga beda dari Malaysia karena dari bahasa kan kalau Malaysia, Melayu masih sama tapi kalau disana kayak challenge. Jadi apapun disana mempelajari budaya itu. Mandiri juga karena kita kan berlima. Seneng lah pokoknya. Jadi tahu gimana ngurus kesana lagi. Orang tua support banget,” ceritanya.

Gadis berhijab ini juga berkesempatan untuk jalan-jalan bersama teman-temannya selama di Taiwan.

Diantaranya yakni Dragon and Tiger Pagodas (candi), Chen Ching Lake, Fo Guan Shan(candi, tempat ibadah), Ruifeng Night Market, Liuhe Night Market, Nanhua Night Market, Anping Tree House Tainan (Museum), Feng Chia Night Market Taichung, Pier 2 Art (museum kesenian), Cijin Beach, Taroko Park(taman bermain), Jing Yuan Farm House (kebun binatang), Eda World (kampus, taman bermain, dan mall), Fu Yin (Pabrik jagung dan perusahaan kopi Taiwan), Hanshin Mall, Dream mall, Formosa Boulevard (MRT station), Central Park (taman dan pasar malam), Weiwuing (Opera House)
Nezia tak dapat melupakan orang tua angkat yang baru dikenalnya di Taiwan bersama keempat rekannya. “Momen yang enggak bisa dilupain itu pas saat mendapatkan teman dari dalam dan luar negeri. Dapet orang tua baru maksudnya kami mahasiswa asing kita ketemu dengan bapak dijalan. Dia baik sekali dan kita juga ketemu ibu-ibu disana yang sering menawarkan untuk makan dirumahnya,” imbuhnya.

Selama di Taiwan, Nezia dan teman-temannya juga membawa bekal makanan dan bumbu dari Indonesia. “Abon sapi, mie instan, kecap, dan ada yang bawa garam. Disana makannya hambar. Gak manis dan enggak pedas. Disana jadi kalau makan bawa abon cabe,” kenangnya.

Wakil Rektor IV IIB Darmajaya Prof. Zulkarnain Lubis, M.S., Ph.D menerangkan pengalaman dalam berkuliah di luar negeri menjadi nilai tambah setelah lulus nanti. “Penguasaan bahasa Inggris ditambah bahasa Mandarin menjadikan mahasiswa mampu beradaptasi dengan sekelilingnya. Ini membuat lulusan IIB Darmajaya kompetitif dalam pasar kerja,” tuturnya.

Dia menambahkan setiap tahunnya IIB Darmajaya selalu mengirimkan mahasiswa/i untuk belajar di luar negeri. “Tidak hanya menjalankan kewajiban untuk belajar selama satu semester di luar tapi juga mahasiswa dituntut mampu menunjukkan prestasinya dengan mengikuti kegiatan dan pengenalan budaya negara tersebut,” ujarnya. (*)

Cek Juga

Pemkab Lampung Selatan 8 Tahun Berturut-turut Raih Opini WTP dari BPK

Dibaca : 628   Berita berlian.com, Bandar Lampung – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Selatan kembali …