BeritaBerlian.com, Bakauheni – Pemerintah Provinsi Lampung mendukung Tim Eksplorasi Krakatau mencari kapal buatan Eropa yang terdampar ke daratan Lampung akibat letusan Gunung Krakatau pada 1883. “Dari segi kajian memang masuk akal. Kita kembali mencari kapal yang sempat terhenti di awal oktober mendatang,” ujar Sekretaris Provinsi Lampung, Sutono, saat meninjau lokasi kapal, di Dusung Kepayang, Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan, Kamis (28/9/2017).
Jika kapal kuno tersebut ditemukan, kata Sutono, akan dijadikan destinasi wisata unggulan Lampung. “Ini sebuah legenda. Lampung memiliki Gunung Krakatau yang sangat mendunia dan penemuan ini menjadi situs purbakala. Bisa kita jadikan paket wisata Lampung Krakatau Festival,” kata Sutono yang juga mantan Sekretaris Kabupaten Lampung Selatan itu.
Penampakan jejak kapal yang tertimbun di Bukit Kepayang, menurut inisiator Tim Eksplorasi Krakatau, Hadi Subroto, didapat dari pemetaan dampak letusan Krakatau. “Kita juga menganalisa berdasarkan foto satelit, pada wilayah tersebut ditemukan penampakan yang diduga jejak longsor sebuah kapal,” ujar Hadi Subroto.
Untuk menguatkan dugaan tersebut, dia membuat simulasi peraga dengan miniatur Bukit Kepayang berbahan pasir dan miniatur kapal kayu. “Setelah pengujian dengan hasil simulasi peraga dan jejak di foto satelit, sangat identik,” kata Hadi.
Ahli Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung, juga melakukan uji geolistrik di atas posisi koordinat bayangan kapal yang tertimbun tanah. Pengambilan data dilakukan secara melintang dari timur-barat. “Apabila disesuaikan dengan bentukan geometri, yang paling mendekati adalah lambung kapal, atau diperkirakan kapal posisi terguling,” kata Hadi.
Tim mulai menggali sampai akhirnya membentur plat baja besi yang diduga dinding kapal pada kedalaman 32,5 meter. “Ini seperti bukit. Awalnya kami menggunakan alat seadanya, disusul ekskavator untuk mengeruk bagian bawah. Kami berhenti karena biaya. Semoga dengan bantuan Pemprov Lampung, ini bisa dilanjutkan kembali,” ucap Hadi.
Seorang pekerja yang dari awal ikut penggalian, Suyitno, menuturkan dia menemukan tanah bercampur oli saat menggali. “Saat penggalian pada 2014, ada dua yang bekerja. Satu di atas dan saya di bawah, lalu tangan saya terkena seperti oli saat menggali,” kata Suyitno. (*)
4 Komentar - Komentar
Pingback: Stapelstein Balance Board Licht blauw
Pingback: Diyala Univer
Pingback: more here
Pingback: tickit