Dibaca : 355
BeritaBerlian.com, TANGGAMUS – INTERNATIONAL Coffee Day 2017 (ICD 2017) merupakan momentum untuk menjadikan kopi Lampung dikenal di seluruh dunia. Hal itu akan menjaga kelestarian kopi terutama berdampak pada meningkatnya pendapatan pelaku utama dan usaha di bisnis ini.
Demikian penjelasan Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo melalui Asisten Ekonomi dan Pembangunan Adeham di perkebunan PT Nestle, Talangpadang, Tanggamus pada acara wisata kebun kopi dalam rangka ICD 2017, Sabtu (30/9/2017).
“Saya berkeyakinan penyelenggaraan even ini membuat kopi di Indonesia, terkhusus Lampung menjadi lebih dikenal. Juga memberikan efek positif bagi pengembangan bisnis kopi di sektor hilir,” tandas Adeham.
Menurut dia, selama ini komoditas kopi di Lampung berperan penting meningkatkan ekonomi masyarakat terutama PDRB (pendapatan domestik regional bruto). Karenanya merupakan tanggung jawab bersama untuk menjayakan kopi Lampung.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung telah melakukan berbagai upaya. Seperti memberi pemahaman tata kelola kopi, mengedukasi petani melalui program intensifikasi, peremajaan, dan rehabilitasi tanaman. Semuanya bertujan meningkatkan produksi dan produktivitas.
Pemprov juga memfasilitasi petani kopi untuk memperoleh sertifikat indikasi geografis yang diberikan kepada masyarakat indikasi geografis kopi robusta Lampung pada 31 Agustus 2014. Ini mencakup wilayah Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, dan Waykanan untuk menggunakan trademark kopi robusta Lampung.
“Upaya tersebut secara nyata mampu mendongkrak peningkatan produksi dan peningkatan kualitas hasil. Sehingga membuat kopi robusta di Provinsi Lampung memiliki kualitas tinggi,” bebernya.
Luas perkebunan kopi di Lampung sekarang mencapai 160 ribu hektare (ha) atau 12,97 persen dari total luas areal kopi nasional yang mencapai 1,24 juta ha. Tersebar di Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Utara, Pesisir Barat, Lampung Utara, dan Waykanan. Hasil produksi sebagian diekspor ke beberapa negara Eropa, Jepang, Timur Tengah, dan Australia.
“Sementara ada 147 ribu kepala keluarga (KK) petani yang menggantungkan hidup dari perkebunan kopi. Mereka mampu menghasilkan produksi hingga 120 ribu ton per tahun,” imbuhnya.
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian Willem Petrus Riwu mengapresiasi Pemprov Lampung yang berkomitmen dalam meningkatkan produksi kopi di Indonesia. “Kegiatan ini (ICD 2017) adalah bentuk konkretnya,” pujinya.
Dia menyatakan Lampung merupakan penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia. Dari produksi nasional, 72 persen adalah kopi robusta dari provinsi ini.
Direktur Legal and Corporate Affairs PT Nestle Indonesia, Debora Tjandrakusuma menambahkan, dalam menghasilkan produk kopi berkualitas, PT Nestle sangat bergantung pada pasokan bahan baku biji kopi yang dihasilkan petani di Lampung.
“Seluruh produk Nescafe yang di produksi di pabrik Nestle di Panjang Lampung menggunakan 100 persen biji kopi Lampung. Karena itu keberlanjutan pertanian kopi di Lampung menjadi sangat penting bagi PT Nestle,” tegasnya.
Dalam acara tersebut, Pemprov Lampung memberikan piagam penghargaan kepada PT Nestle atas komitmennya untuk mendukung pengembangan perkopian yang berkelanjutan di Provinsi Lampung. Juga membagikan bantuan berupa alat pascapanen untuk dua kelompok tani di Tanggamus. Masing-masing berupa tiga unit huller, satu unit pulper, lima unit para-para, 10 lembar terpal, satu unit timbangan duduk, dan dua unit alat ukur kadar air.
Selain itu, Pemprov Lampung memberi bantuan kepada tiga kelompok tani di Lampung Barat (poktan Lambar) berupa tiga unit kandang kambing dan 90 ekor kambing. Lalu 112.500 kilogram (kg) pupuk organik, 250 unit gunting pangkas, dan 5 ribu set feromon bagi 10 poktan Lambar. Acara diakhiri pemberian 300 ribu bibit kopi kepada para mitra kopi di Provinsi Lampung dari PT Nestle. (*)
peaceful music