Beritaberlian.com, SINGAPURA–Lembaga pengkajian daya saing Asia Competitiveness Institute (ACI) National University of Singapore (NUS) kembali menaikkan daya saing Lampung dari posisi ke-14 ke 11 nasional. Dari beberapa indikator yang diteliti, tren daya saing Lampung terus naik sejak 2015 dari posisi 25.
“Tren kenaikan daya saing Lampung sangat menonjol dalam tiga tahun terakhir. Pada 2015, posisi Lampung dari 34 provinsi masih di 25, kemudian naik ke posisi 14, dan sekarang di rangking ke-11, hampir masuk 10 besar hanya beda tipis dengan Sulawesi Selatan. Kenaikan daya saing secara keseluruhan inilah yang membuat kami mengundang Gubernur Lampung,” kata Research Fellow and Deputy Director ACI, Mulya Amri, pada konferensi tahunan di Grand Capthorne Hotel, 392 Havelock Road, Singapura, Kamis (23/11/2017).
Hasil pemeringkatan daya saing itu dipresentasikan pada konfresnsi tahunan bertema ‘Infratructur Develompment for Economic Competitiveness’ yang digelar ACI bersama Bank Dunia pada hari pertama. Acara ini dihadiri perwakilan sejumlah negara Asia, Asia Tenggara, Eropa, dan dibuka oleh Presiden Singapura Halimah Yacob. Pembicara kunci yang tampil antara lain Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dan Menteri Pembangunan dan Keuangan Singapura, Lawrence Wong.
Atas hasil presentasi itu, dua gubernur dari Indonesia tampil pada sesi khusus pada Jumat (24/11/2014) di Lee Kwan Yew School of Public Policy, NUS, yakni Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo. Keduanya didapuk berbicara pada seminar bertema ‘Menilai daya saing 34 provinsi di Indonesia’.
“Kami mengundang kedua gubernur ini karena memiliki kelebihan masing-masing. Jawa Timur kokoh di posisi kedua setelah Jakarta, sedangkan Lampung termasuk yang cepat dalam perbaikan daya saing. Biasanya dalam perbaikan peringkat jarang ada yang naik drastis seperti Lampung. Kalau pun ada, biasanya tahun berikutnya turun. Tapi Lampung, trennya naik terus di berbagai indikator,” kata Mulya Amri.
Dari empat empat indikator yang dipakai ACI memeringkat 34 provinsi di Indonesia yakni stabilitas, ekonomi makro, kualitas hidup, dan infrastruktur, tren Lampung naik dari tahun ke tahun. Untuk kualitas hidup dan perbaikan infrastruktur, daya saing Lampung naik dari posisi 24 di 2015, kemudian 23, 24, dan kini di posisi 17.
Pada indikator stabilitas makro ekonomi dari semula di rangking 25, naik menjadi 21, dan kini di rangkin 17. Kemudian, pada indikator keuangan, bisnis, dan tenaga kerja, Lampung bahkan menyodok di posisi 9 nasional dari semula 21 pada 2015, naik menjadi 16, lalu 11 pada 2017.
Daya saing Lampung berada di posisi delapan nasoional pada indikator pemerintah dan institusi publik dari sebelumnya dari peringkat 28 nasional. Dari berbagai indikator itu, secara rata-rata ACI menempatkan Lampung pada posisi 11 nasional. “Saya optimistis Lampung masuk 10 besar nasional, karena dua indikator Lampung kini masuk 10 besar nasional,” kata Mulya Amri.
Lampung kini berada di zona kompetitif. Dia mengakui persaingan masuk 10 besar makin berat, karena Lampung harus bersaing dengan Sulawesi Selatan, Bali, Kepulauan Riau, dan seluruh provinsi di Pulau Jawa.
Namun Mulya Amri optimistis Lampung masuk 10 besar karena potensinya sebagai pintu gerbang Sumatera dan operasional Jalan Tol Trans Sumatera. Faktor pendukung lainnya, keberhasilan Lampung sebagai rangking pertama penyelesaian konflik nasional dari Kementerian Dalam Negeri. “Jalan tol sangat mendukung daya saing, karena ini konektivitas antar wilayah. Oleh karena itu, kami menyarankan Pemerintah Provinsi Lampung tak hanya mengejar investor asing, tapi juga investor domestik,” kata dia.
Potensi perdagangan antar provinsi, menurut dia, juga harus menjadi daya saing Lampung, atas kehadiran JTTS dan menjadi hub atau penghubung pelabuhan di sekitar Lampung. Untuk mencapai 10 besar, Pemerintah Provinsi Lampung menurut Mulya, membuat perubahan yang berdampak besar.
“Salah satu yang kami lakukan adalah melalui simulasi kebijakan tentang indikator yang menjadi kelemahan Lampung. Jika 20% saja diperbaiki, akan kita lihat apakah bisa naik, karena sebenarnya Lampung itu bisa naik hingga posisi enam dari potensi yang ada,” kata Mulya. (*)